Isnin, 5 September 2011

MEMBELI KERBAU ke DUNGUN Terangganu...17.

Tuan Hj Abdulah Hukum.
Dengan keuntungan yang di dapati menarik hati dari pada perniagaan kerbau itu ...kata Tuan Hj Abdullah hukum.... maka saya muafakat dengan kawan kawan sesama orang Kerinci ada tujuh delapan orang dengan saya .  Kami pun mengembara ke negeri Pahang untuk mencari kerbau , ke Benta , Pulau Rusa , Tanjung Medang dan kemudian ke Pekan .

    Dengan takdir Allah saya bertemu dengan Raja Mahmud di Pekan ( bandar di Raja ) ber sama sama Tuan Sawyer, Tuan Rodger, Encik Mohamad Ghani dan mata mata gelap ( intel polisi ) Malim Bungsu .

ketika itu , yaitu pada malam itu Raja Mahmud dengan kawan kawan nya berserta Punghulu Bentung ada di dalam perahu , dan kami bersama Penghulu Bentung dalam rakit .

Kuala dungun 1870
Karena sudah lama tiada berjumpa , berjumpa pula di tempat yang tak di sangka2 maka kami pun ber labun  labun dan ber tanya tanyaan dengan begitu mesra maklumlah sudah ber tahun2 tida jumpa , sehingga sampai pagi nya tiada terasa . Dipagi harinya bertanya Tuan Sawyer dengan heran kenapa Tengku tiada tidur , lalu di jawab beliau kami ber jaga jaga , kerena kami yang membawa tuan datang kesini  jadi kami mesti menjaga tuan.

    Kira kira pukul sembilan pagi tuan tuan berserta Raja Mahmud naik menghadap Tuanku Syultan Pahang , dengar perkhabaran ada musyawarat besar hari itu , yang saya tiada tahu akan butir butir nya yang saya tahu beribu ribu orang ada di situ termasuk orang besar besar negeri Pahang . Perniagaan kali ini berhasil juga . kata Tuan Hj Abdullah Hukum maka kami pun balik ke Kuala Lumpur ....


    Kemudian kami ulangi sekali lagi , tapi malang tiada dapat membeli kerbau di sana kerena Raja Pahang hendak mengadakan ' lat ' ( kenduri besar ) atas perkawinan putra nya .. Oleh sebab itu kami mengalih langkah ke Dungun , pula jajahan Terangganu denga menyusuri pantai Pahang

Berjalan menyusuri pantai dari Pekan hingga Kuantan kemudian ke Kemaman dan akhir nya sampai di Paka ,
dalam perjalanan kami dari Paka ke Dungun kira kira pukul dua siang kami bertemu dengan orang tua menggalas bakul .

   Seperti biasa nya kami bertanya kepada orang tua tersebut , akan hal jalan yang akan kami tempuh itu dan dia memberi ingat kepada kami , kata nya dulu kami ada 12 orang banyak nya telah di samun orang di tengah jalan ke Dungun itu dan katanya penyamun itu tiada mepunyai belas kasihan , serta kami ada yang mati banyak yang luka luka kerena tidak melari kan diri ..begitu kata orang tua itu.

   Sepeninggalan orang tua itu kami menarik nafas panjang , karena hati kami masing masing telah getar , tetapi apa boleh buat diteruskan perjalanan salah mau undur pun salah . Oleh hal yang demikian kami berserah lah kepada allah dengan mengadu nasib ,serta berhenti di bawah pokok yang rindang untuk mencari pemikiran .
Salah seorang dari kami berkata jangan susah hati , kalau kita kelak disamun '' disitulah kita tanak beras kita ''

( kata kias orang dulu )yang maksudnya , kalau dah sampai masanya apa yang di tuntut atau berguru selama ini ...sekarang lah masa nya untuk dipergunakan , silat dengan pencaknya, kebal dengan kuatnya .dll. biar mati
berlawan sebagai anak jantan. Berkata pula yang seorang lagi  melawan itu boleh ,yang kita tak tahu berapa orang penyamun itu , jangan2 tiga empat kali ganda dari kita , sedang kan cerita orang tua dia orang yang kena samun ada 12 orang .  Kita hanya delapan orang jadi ada baik nya kita pikirkan lagi jalan yang terbaik .

    Di antara kami ada pula yang berkata , kalau kita ini rombongan orang besar atau di Raja maupun Penghulu biasa penyamun itu  gentar menyamun orang yang demikian itu , kan elok kalau kita ini rombongan orang besar .................


bersambung; menyamar sebagai putra raja .

Tiada ulasan:

Catat Ulasan